Rabu, 19 Februari 2014
tugas 1 perspektif psikologi
ADA APA DENGAN FARHAT ABBAS ???
Konflik adalah hal yang tak mungkin dihindari dalam kehidupan manusia Dalam
setiap fase kehidupan, kita pasti akan selalu berhadapan dengan konflik. Ini
adalah hal yang normal akibat adanya perbedaan pendapat, kepribadian, dan
kepentingan.
Kebiasaan
salah satu pengacara seperti Farhat Abbas yang gemar sekali mengomentari banyak
hal lewat akun Twitter pribadinya mengundang banyak respon dari masyarakat dan
pihak yang ia komentari.
Beberapa kali Farhat menyinggung masalah pribadi Ahmad Dhani, kinerja
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, kasus Ayu Tingting, perceraian Cut Tari, Dewi
perssik, Iwan fals Jokowi-Ahok, Jusuf Hamka,
Anton Medan, Etnis Tionghoa bahkan masalah pribadi sendiripun dia publikasikan
pada akun twitternya.
Berulangkali Farhat Abbas melontarkan kata-kata yang nyeleneh
dan “menyerang” seseorang di jejaring sosial.
Akibatnya, publik pun dibuat tercengang. Apalagi saat pernyataannya tentang Ahmad Dhani berujung panjang. Belum lagi, sindiran terhadap keluarganya sendiri
Akibatnya, publik pun dibuat tercengang. Apalagi saat pernyataannya tentang Ahmad Dhani berujung panjang. Belum lagi, sindiran terhadap keluarganya sendiri
Meski
begitu, apa yang diungkapkan Farhat seolah berbanding terbalik ketika
dikonfrontir dengan “para korbannya”. Farhat justru bersikap tidak seagresif
dengan pernyataannya di jejaring sosial .
Sebagai
contoh "Kalau ketemu saya juga bingung dia baik menyapa. Aku tanya, 'Kamu
ngata-ngatain aku (di Twitter)?' Dia cuma ketawa. Habis ketawa-ketawa aku
dikatain lagi di Twitter, Gimana coba?" Ungkap Deddy corbuzer.
Contoh
tweet Farhat Abbas dari akun twitternya akhir-akhir ini:
“Hariri
adalah ustadz dari prodak perlombaan, bukan ustadz alamiah yg terjadi akibat
waktu, ilmu & proses yg matang, tapi karbitan” (15/02/).
“Inti
dari perseteruan sy dg dhani adlh kritik&perlawanan sy atas mobil terbang
dg 7 orang tewas & mrk yg bilang gue banci jika tak bertinju” (14/02/).
“Si
silvi haiz top jadi petinju malu, ini malah top jadi tukang gunjing,tukang
bongkar2 rahasia teman, raksasa mulut ember raksasa” (10/02).
“Hello Dewi
Persik,,, hembusan fitnahmu ttg diriku yg lo tuduh pernah ngajak lo nikah
siri', berbuah putusan MA yg menghukum omong besarmu”( 05/02).
“Malu terbongkar rahasia bersuami 2 silvi haiz semakin
panas & karang cerita, kolaborasi dg aria, ramdhan & zakir, maksudnya
apa? Buang2 wkt” ( 02/02)
Sebenarnya ada apa dengan Farhat
Abbas, mengapa dia gemar mengomentari kehidupan orang lain, apa maksud dan
tujuannya..?
Jawaban
dari perspektif psikologi
PERSPEKTIF PSIKOLOGI KEPERIBADIAN PADA FARHAT ABBAS
Kebiasaan
gemar mengomentari yang dilakukan Farhat merupakan salah satu perbuatan orang
yang suka mencari perhatian dan ingin jadi pusat perhatian baik negatif atau
positif, Mau membuat dia dipuji atau tidak, terpenting ada orang yang
memperhatikannya.
Salah
satu cara yang farhat lakukan jelas,
membuat sensasi untuk mencari popularitas. Apa yang terjadi pada farhat
sekarang adalah manifestasi yaitu suka serta butuh tampil untuk eksis.
"Makanya dia membuat sensasi macam-macam,"
Farhat adalah seseorang yang sepintas kita
lihat membutuhkan pengakuan dari orang lain, menikmati popularitas dan mungkin
menyukai hal-hal yang sensasional, Farhat juga bisa dibilang belum menemukan
jati dirinya sehingga muncul confussion (pencarian) dan kebingungan jika
mengacu teori perkembangan Erik Erikson
Jika mengikuti tweet Farhat melalui
berandanya, selama rentang waktu tertentu. mengikuti perkembanganya selama
beberapa hari, dan melihat juga perubahan alur kata-kata dan sasaran
yang ia tujui, termasuk membalas tweet dari para pengikutnya.
Berdasarkan
itu, maka bisa dikatakan bahwa tweet dari Farhat cerminan dari orang yang
mengalami delusi.
Delusi adalah
kesalahpahaman serius pada seseorang tentang apa yang terjadi, kesalahpahaman
tentang apa yang dilihat, didengar, dan pikirkan. Pengidap delusi sangat
memegang keyakinan tidak rasional dan tak realistis, yang sangat sulit berubah,
bahkan ketika orang itu dihadapkan pada bukti yang bertentangan dengan
khayalannya. Seringkali disebut juga paranoid; ia curiga berlebihan
dan terus-menerus terhadap konspirator yang akan mencelakainya.
Namun, delusi juga bisa menyangkut keyakinan (akan mendapat, memperoleh
kemegahan, kekuasaan atau berkuasa), fantasi cinta yang rumit, atau kecemburuan
ekstrim dan irasional.
Misalnya,
coba perhatikan salah satu kalimat Farhat dalam akun twitternya , "Luar
biasa "gue ngalami spt yang dialami Obama saat mulai jadi capres;"
kata-kata itu, bisa menunjukan ia mengalami delusi, sehingga menyamakan diri
seperti orang yang berkuasa (dhi. Obama); sebab delusi juga bisa
menyangkut keyakinan (akan mendapat, memperoleh kemegahan, kekuasaan atau
berkuasa). Belum lagi, kata-kata - tweet lainnya, seakan ia mampu membalik
keadaan (bangsa, RI) hanya dengan sekejap, ketika menjadi presiden.
Disusun oleh :
Dewi Sartika
R3 Komunikasi/
smt 2/Pengantar Psikologi
Universitas
Serang Raya ( UNSERA)
Langganan:
Postingan (Atom)